Peta Persaingan Prabowo dan Anies Berebut Suara Umat di Pilpres 2024

Peta Persaingan Prabowo dan Anies Berebut Suara Umat di Pilpres 2024

Ada tiga nama yang kerap disebut sebagai calon presiden kuat pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Ketiganya adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Dalam berbagai survei, ketiga nama ini kerap menduduki puncak elektabilitas.

Ketiganya juga dikatakan memiliki basis ideologi pemilih yang berbeda, yakni nasionalisme/Pancasila dan Islam. Ganjar dikatakan berlandaskan Pancasila, sementara Prabowo dan Anies cenderung memiliki basis pemilih Muslim.

Kesamaan dasar ideologi pemilih membuat Prabowo dan Anies berpotensi bersaing ketat memperebutkan suara, jika ada tiga calon yang bersaing dalam jajak pendapat. pemilihan. Apalagi Prabowo dan Anies memiliki hubungan yang relatif dekat. Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017, Partai Gerindra pimpinan Prabowo mendukung mantan Rektor Universitas Paramadina itu.

Kemiripan ini juga terlihat dari dukungan sang pendiri Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab saat keduanya terlibat dalam proses pemilihan. Prabowo mendapatkan dukungan tersebut saat mencalonkan diri di Pilpres 2014 dan 2019. Sedangkan Anies mendapatkan “dukungan” FPI saat mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta 2017.

Dukungan ini membuat kedua politikus ini dinilai dekat dengan kelompok Islam sayap kanan. Saiful Mujani, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah mengatakan, kedekatan Prabowo dengan kelompok Islam masih terlihat hingga saat ini.

“Ini menarik karena Prabowo Baik bukan tokoh Islam,” katanya di saluran tersebut Youtube SMRC TV, Kamis, 20 Oktober 2022.

Saiful mengatakan, kondisi ini merupakan hasil dari pindahnya dua pemilu terakhir. Prabowo mendapat dukungan tokoh muslim yang menolak Joko Widodo sebagai presiden.

Posisi Anies yang Hilang

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melakukan analisis dasar ideologi pemilih dan preferensi mereka terhadap calon presiden. Akibatnya, baik Anies maupun Prabowo memiliki suara yang lebih kuat dalam hak-hak Islam.

Pembagian ideologi oleh SMRC dilakukan melalui satu pertanyaan: apakah responden meyakini Pancasila atau syariat Islam sebagai dasar negara. Menurut survei yang dilakukan pada Maret dan Agustus 2022, 59,8% memilih Pancasila dan 27,6% memilih syariah Islam.

Menurut pilihan jawaban, suara Anies dan Prabowo sama kuatnya atas dasar Islam. Sedangkan suara Ganjar Pranowo lebih besar di basis responden Pancasila.

Analisis SMRC juga menunjukkan bahwa Anies kalah, baik responden berdasarkan Islam maupun Pancasila. Anies kalah dari Prabowo atas dasar Islam dan kalah dari Ganjar atas dasar Pancasila.

Selain itu, Anies juga memiliki ketergantungan pada suara Muslim dibanding Prabowo untuk pemilih Muslim. Padahal Prabowo memiliki persentase lebih besar di kelompok muslim.

Dalam survei terakhir Oktober 2022, SMRC juga menyimpulkan peluang Anies akan semakin kecil jika Ganjar dan Prabowo bertarung kali ini. Hasil polling menunjukkan Ganjar di posisi teratas dengan 32% suara, Prabowo di posisi kedua dengan 30,8% suara, dan Anies di posisi ketiga dengan 21,9%.

Meski sama-sama menyasar kantong pemilih yang sama, peneliti Pusat Populi Adi Abidin menilai keduanya memiliki perbedaan. Prabowo akan lebih menarik bagi orang-orang yang berpandangan nasionalis dan yang tertarik dengan persona militernya.

“Tapi Prabowo bisa kehilangan basis suara yang mencari identitas Muslim yang lebih otentik. Peran ini bisa diisi oleh Anies,” tulis Adi bersama konsultan Kiroyan Partners, Rif’at Abdillah, dalam The Jakarta Post, 20 Oktober 2022.

Mesin pesta

Meski kalah dalam elektabilitas, perolehan suara Anies masih bisa ditingkatkan jika mesin partai politik yang diusungnya bekerja maksimal. Namun, hal itu bisa dicegah karena Anies belum memutuskan calon wakil presiden.

Di satu sisi, ada Partai Demokrat yang menginginkan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi calon wakil presiden. Di sisi lain, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menawarkan beberapa kadernya untuk mendampingi Anies.

Ketiadaan kesepakatan ini juga menghalangi deklarasi koalisi partai-partai pendukungnya. Meski kepastian koalisi akan menentukan peluang Anies di 2024. Jika ketiga partai resmi berkoalisi, maka elektabilitas ketiga partai tersebut bisa mengalahkan koalisi Prabowo yang saat ini hanya beranggotakan Gerinda dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Mengutip survei R&D Kompas yang dirilis pada Oktober 2022, Demokrat memiliki potensi elektabilitas sebesar 14%. Sedangkan elektabilitas UKM dan Nasdem masing-masing sebesar 6,3% dan 4,3%. Alhasil, elektabilitas gabungan ketiga partai ini bisa mencapai 24,6%.

Di sisi lain, koalisi Prabowo memiliki elektabilitas sebesar 21,8%. Ini terdiri dari elektabilitas Gerindra 16,2% dan PKB 5,6%.

Koalisi Anies juga sedikit unggul jika melihat hasil Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat (Pileg) DPR 2019. Perolehan suara untuk Demokrat, Nasdem, dan PKS jika digabungkan mencapai 25,03%. Sedangkan perolehan suara gabungan Gerindra dan PKB tercatat sebesar 22,26%.

Keunggulan calon dari koalisi Anies semakin terlihat jika persaingan perolehan suara dibagi berdasarkan daerah. Koalisi Prabowo hanya bisa unggul di empat daerah jika bentrok dengan calon koalisi Anies. Keempat daerah tersebut adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan.

Meski begitu, bukan berarti pemilih dari partai-partai di atas otomatis memilih Anies. Survei R&D Kompas juga menunjukkan pemilih Nasdem lebih memilih Ganjar dan Prabowo ketimbang Anies sekarang. Suara Nasdem untuk Ganjar 26,9%, Prabowo 17,3%, dan Anies hanya 15,4%.

Anies masih memiliki waktu sekitar dua tahun untuk membangun basis suaranya, termasuk pemilihan calon wakil presiden yang bisa menentukan peluangnya nanti. Yang pasti, Anies masih harus memperebutkan basis pemilih bersama Prabowo, sebelum bisa menantang Ganjar di Pilpres 2024.