Potret Buram Kecelakaan Kerja di Sektor Tambang Indonesia

Logo Katadata

Belum genap sepekan dari ledakan di tungku smelter pengolahan nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah, insiden kecelakaan kerja di smelter pengolahan nikel kembali terjadi. Pada Kamis, 28 Desember, smelter milik PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) terbakar. Tak ada korban jiwa dalam kebakaran di perusahaan yang juga berada di Kabupaten Morowali tersebut.

Berbeda dengan kecelakaan kerja di ITSS yang menelan korban meninggal 21 orang, berdasarkan data per Selasa, 2 Januari 2024. Dari jumlah pekerja yang menjadi korban meninggal dalam kecelakaan yang terjadi pada Minggu, 24 Desember 2024 itu, delapan di antaranya merupakan tenaga kerja asing (TKA) sedangkan 13 lainnya merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI). Sementara itu, korban luka berjumlah 38 orang. 

Menjelang akhir tahun, pada Sabtu, 30 Desember 2023, kecelakaan kerja di industri tambang kembali terjadi. Kali ini terjadi di PT Sumber Permata Mineral, perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Dua pekerja meninggal dalam insiden tersebut. 

Potret Kecelakaan Kerja Industri Tambang 

Menurut catatan Trend Asia, terdapat 19 insiden kecelakaan kerja di smelter nikel sepanjang Januari hingga September 2023. Jumlah tersebut belum memperhitungkan kecelakaan di smelter ITSS dan GNI. Dari jumlah insiden tersebut, terdapat 16 korban meninggal dan 37 korban luka. 

Sedangkan menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah kejadian kecelakaan kerja yang menimbulkan korban sepanjang 2021-2023 meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika ditotal, jumlah kejadian pada 2021 sejumlah 104 kasus, dengan jumlah kasus yang menyebabkan korban meninggal sebanyak 11 kasus. 

Jumlah ini meningkat pada 2022, dengan total kejadian yang menimbulkan korban sebanyak 378 kejadian. Dari jumlah tersebut, 62 kejadian di antaranya menyebabkan korban meninggal. 

Meski tak sebanyak 2022, jumlah kejadian kecelakaan tambang pada 2023 lebih banyak dibandingkan 2021 dan tahun-tahun sebelumnya dengan jumlah 217 kejadian. Dari jumlah tersebut, terdapat 48 kejadian yang menimbulkan korban jiwa hingga meninggal. 

Meski jumlah korban meningkat, menurut data yang dikutip dari Minerba One Data Indonesia (MODI) yang dikelola langsung oleh Kementerian ESDM, frekuensi atau tingkat kekerapan kecelakaan tambang di Indonesia menurun. Ini terlihat dari frequency rate tahun 2021-2023 yang rata-rata lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelum 2021. 

Dalam aspek keselamatan kerja, angka frequency rate (FR) kerap digunakan untuk mengukur tingkat bahaya tempat kerja dengan menghitung jumlah kejadian kecelakaan kerja per satu juta jam kerja. Tingkat bahaya digolongkan menjadi tinggi jika FR ≥ 10, tergolong sedang jika 5

Sejak 2021, FR kecelakaan tambang Indonesia berada di level 1,55 secara nasional. Pada 2022, level nasional berada di 0,13 dan melonjak ke level 0,8 pada 2023. 

Artinya, frekuensi kecelakaan kerja terjadi sebesar 1,55 kecelakaan per 1.000.000 jam kerja pada 2021. Turun menjadi 0,13 kejadian kecelakaan per satu juta jam kerja pada 2022 dan meningkat menjadi 0,8 kejadian per satu juta jam kerja. Nilai FR yang di bawah lima menunjukkan frekuensi atau tingkat kekerapan kejadian kecelakaan tambang di Indonesia relatif rendah. 

Sebelum 2021, FR kecelakaan tambang Indonesia berada di level 2,1-2,64. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan sebelum 2021, tetapi jumlah kejadian yang menimbulkan korban—baik luka ringan maupun meninggal—tercatat lebih sedikit. 

Kelalaian dan Pengabaian Prosedur Kerja

Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah mengatakan, terkait kecelakaan kerja di smelter PT ITSS, Tim Pengawas Ketenagakerjaan melakukan pemeriksaan lapangan pada 8-11 Januari 2024. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pendalaman dari pemeriksaan sebelumnya. 

Dia mengatakan, pada pemeriksaan kali ini, Kemenaker menurunkan tim ahli yang lebih lengkap. Terdiri dari Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis Pesawat Tenaga Produksi, Spesialis Listrik dan Penanggulangan Kebakaran, Spesialis Lingkungan Kerja, dan PPNS Ketenagakerjaan. 

“Mereka akan fokus melakukan pemeriksaan pada aspek ketenagakerjaan, terutama pemenuhan persyaratan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam perbaikan tanur yang menyebabkan terjadinya insiden fatal,” kata dia pada Selasa, 9 Januari 2024.

Menurut Ida, apabila ditemukan ketidakpatuhan perusahaan dalam pemenuhan persyaratan K3, Kemenaker akan melakukan pemberian sanksi hingga proses penegakan hukum. “Industri smelter merupakan industri dengan risiko bahaya yang tinggi, sehingga harus benar-benar dipastikan menerapkan standar K3 yang tinggi,” kata dia. 

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, ditemukan adanya pelanggaran prosedur kerja pada kasus ledakan PT ITSS tersebut. Dia menyebutkan pelanggaran itu antara lain pergantian pekerja asing yang tidak sesuai dengan kontrak dan tidak bisa berbahasa Indonesia. 

Menurut Agus, pekerja baru yang datang ke Indonesia belum sama sekali memahami kondisi di lapangan dan tidak memahami kultur, karakter, dan bahasa Indonesia dengan baik. Menurut dia, pelanggaran itu menyebabkan komunikasi dan koordinasi kerja menjadi terhambat yang dapat memicu kecelakaan kerja. Dia mengatakan akan menyiapkan sanksi bagi PT ITSS sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. 

Sementara itu, dalam siaran pers, Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan mengatakan, berdasarkan investigasi awal penyebab kecelakaan kerja diperkirakan karena masih adanya sisa slag atau terak besi dalam dinding tungku yang runtuh. Terak besi tersebut lalu mengalir keluar dan bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar di lokasi sehingga mengakibatkan kebakaran.