Siapkah Indonesia Hadapi Ancaman Penduduk Tua?

Siapkah Indonesia Hadapi Ancaman Penduduk Tua?

Puncak bonus demografi Indonesia diprediksi terjadi pada tahun 2030. Pada tahun tersebut, penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 68,9% dari total penduduk. Setelah itu, proporsi penduduk produktif (15-64 tahun) cenderung menurun lanjut usia (lansia) ditingkatkan.

Prospek Penduduk Dunia: Revisi 2022 diprediksi jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 15% dari total penduduk pada tahun 2050. Meski tidak separah di Jepang, peningkatan jumlah lansia (65 tahun ke atas) dikhawatirkan akan menambah beban ekonomi di Indonesia. negara ini. masa depan. Selain itu, proporsi penduduk usia muda cenderung menurun.

Situasi ini dalam hal demografi dikenal sebagai penuaan atau penuaan populasi populasi yang menua. Di sini terjadi pergeseran distribusi penduduk suatu negara menuju usia rata-rata yang lebih tua.

Di dalam Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 Hasil SUPAS 2015 Terjadi perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Pada tahun 2015 dan 2025, piramida penduduk masih lebar untuk penduduk usia muda.

Namun, bentuk piramida semakin kurus dengan bertambahnya komposisi penduduk dewasa dan lanjut usia, sedangkan penduduk muda semakin mengecil. Situasi ini disebabkan oleh tingkat kelahiran yang rendah. Pada saat yang sama, harapan hidup semakin panjang.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebutkan, salah satu cara untuk mengukur tingkat penuaan penduduk suatu negara adalah melalui rasio ketergantungan penduduk (rasio ketergantungan), penduduk tua dan muda.

Rasio tanggungan lansia dihitung dari rasio jumlah lansia (65 tahun ke atas) untuk setiap 100 orang usia kerja (15-64 tahun). Sedangkan ketergantungan kaum muda diukur dengan jumlah penduduk usia 14 tahun ke bawah untuk setiap 100 orang usia kerja.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, indikator suatu negara sedang menuju populasi yang menua jika tingkat ketergantungan pada lansia meningkat. Di sisi lain, rasio ketergantungan penduduk muda mengalami penurunan.

Dari grafik di bawah ini terlihat bahwa di Indonesia terdapat kecenderungan menuju populasi yang menua. Jika tidak siap, situasi demografis ini akan mempengaruhi perekonomian.

Jepang adalah contoh negara dengan pertumbuhan penduduk tercepat di Asia. Saat ini di negeri sakura ini, proporsi lansia jauh lebih besar dibandingkan anak-anak. Kondisi ini sudah terjadi sejak tahun 1990-an.

Berkurangnya jumlah anak berdampak pada kekurangan tenaga kerja di masa yang akan datang. Hal ini terlihat dari tren pertumbuhan ekonomi Jepang yang menurun, bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Salah satu upaya yang dilakukan Jepang adalah menjaga perekonomiannya dengan tetap menjaga produktivitas penduduk lansianya.

Pemerintah Jepang memulai program ini Jepang Sehat 21 meningkatkan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial yang berkelanjutan, perbaikan gaya hidup, dan lingkungan sosial.

Pemerintah juga mereformasi sistem ketenagakerjaan dengan menaikkan usia pensiun menjadi 65 tahun bagi PNS. Selain itu, membuka ruang kerja bagi warga yang masih ingin aktif hingga usia 70 tahun.

Data OECD menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja untuk orang berusia 65 tahun ke atas di Jepang akan mencapai 25,6% pada tahun 2021.

Bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan data, hanya 5,3% penduduk berusia 60 tahun ke atas yang masih bekerja.

Masalah lainnya adalah rendahnya rata-rata tingkat pendidikan usia kerja. Sebanyak 23% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas hanya menyelesaikan sekolah dasar (SD). Sementara itu, sekitar 80,24 juta orang atau 59,31% pekerja di Indonesia bekerja di sektor informal.

Akibatnya, tingkat pendapatan penduduk juga rendah. Penghasilan yang rendah membuat mereka tidak bisa menyisihkannya sebagai tabungan untuk masa pensiun.

Terakhir, beban anggaran pemerintah akan bertambah untuk alokasi kebutuhan dana pensiun, pelayanan dan pelayanan kesehatan khusus dan intensif, serta perlindungan sosial.

Data BPS menyebutkan terdapat 28,15% lansia yang belum memiliki jaminan kesehatan, baik jaminan kesehatan nasional maupun swasta pada tahun 2021. Memiliki asuransi kesehatan penting bagi lansia, karena tantangan terbesar lansia adalah kesehatannya yang menurun. Kondisi lansia yang sering sakit menyebabkan mereka membutuhkan anggaran yang besar untuk biaya kesehatan.

BPS juga menyatakan hanya 8,7% lansia yang memiliki asuransi pensiun. Jaminan pensiun mencegah lansia menjadi miskin karena kurangnya pendapatan. Padahal data menunjukkan, sekitar 43,3% lansia berada dalam kelompok termiskin atau 40% dari pengeluaran terendah.

Menanggapi masalah kependudukan di masa depan, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, tantangan yang dihadapi Indonesia bukan hanya jumlah penduduk yang terus bertambah, tetapi juga struktur demografis yang berubah.

“Mulai sekarang, kamu harus mulai memikirkannya. Jangankan, dari segi ekonomi, ada negara yang penduduknya semakin tua tapi masih belum kaya. Mereka masih miskin,” ujarnya dalam acara Mofest 2022, Kamis 1 Desember 2022.